LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI TUMBUHAN
HORMON AUKSIN UNTUK PERTUMBUHAN AKAR
TINSI MONIKA TARIGAN
CAA 115 057
KELOMPOK V
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2016
DAFTAR PUSTAKA
Sugito, L., Jawal. M., Wijaya. 1991. Pengaruh IBA dan Pengeratan Terhadap
Keberhasilan Stek Rambutan Binjai. Jurnal Penelitian Holtikultura vol 4
(2):1-8. (https://ejournal.forda-mof.org). (diakses pada 28 April 2016).
Julomde. 2014. Pengertian zpt dan macam-macam jenis zpt.
(http://julomde.blogspot.co.id/2014/08/pengertian-zpt-dan-macam-macam- jenis-zpt.html). (diakses pada 23 April 2016).
Aritonang, I. 2013. Hormone. (http://indaharitonang- fakultaspertanianunpad.blo
gspot.co.id/2013/05/hormon_15.html). (diakses pada 24 April 2016).
Soleh, R. 2013. Hormon pada tumbuhan. (http://rachmadsoleh.blogspot.co.id
/2013/05/hornon-pada-tumbuhan.html). (diakses pada 24 April 2016).
Fitriyani. 2012. Zat pengatur tumbuh. (http://fitriyani501.blogspot.co.id/2012/09/
Zat-pengatur-tumbuh.html). (diakses pada 25 April 2016).
Aqnimee. 2011. Hormon. (http://aqinimee.blogspot.co.id/2011/04/hormon.html).
(diakses pada 23 April 2016).
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selain umur, hal
yang harus diperhatikan saat memilih cabang yang akan digunakan sebagai bibit
stek adalah cabang tersebut harus memiliki mata tunas sehat dengan pertumbuhan
sempurna. Cabang atau batang yang digunakan untuk stek
paling tidak telah mencapai umur 1-3 tahun. Cabang atau batang yang telah berumur
1-3 tahun dapat amati dari warna kulit yang sudah kecokelatan, dan minimal
berukuran sebesar pensil. Bibit stek akan mudah mati jika cabang yang digunakan
terlalu kecil atau berasal dari tunas air. Sebaliknya jika menggunakan cabang
atau batang yang terlalu tua, maka bibit stek yang ditanam akan terlalu lama
menghasilkan akar, sehingga besar kemungkinan tanaman akan mudah kering dan
mati.
Selain itu, sifat-sifat unggul dari pohon induk
yang digunakan juga dapat diturunkan pada tanaman baru yang dihasilkan. Buah
yang dihasilkan juga memiliki mutu atau kualitas serupa dengan pohon induknya.
Sedangkan secara fisiologis,
stek harus mengandung cadangan makanan dan hormon tubuh yang cukup untuk
pembentukan akar tunas (Sugito, 1991).
Hormon
alami yang terdapat di dalam jaringan stek pada umumnya kurang memadai. Selain
itu aktivitasnya relatif lambat sehingga tidak dapat langsung berfungsi dengan
cepat untuk menginduksi pembentukan akar. Oleh karena itu diperlukan penambahan
hormon yang berasal dari luar jaringan stek (Abidin,
1983). Peran hormon pada tumbuhan; 1) Mempengaruhi
pertambahan panjang batang, diferensiasi dan percabangan akar; 2) Mempengaruhi pertumbuhan
dan mendorong pembelahan sel, dan pertumbuhan secara umum, mendorong
perkecambahan, dan menunda penuaan; 3) Mendorong
perkembangan biji, perkembangan kuncup, pemanjangan batang dan pertumbuhan
daun, mendorong pembungaan dan perkembangan buah, mempengaruhi pertumbuhan dan
diferensiasi akar;
4) Menghambat pertumbuhan,
merangsang penutupan stomata pada waktu kekurangan air, mempertahankan
dormansi (Aritonang, 2013).
Manfaat
mempelajari hormon auksin banyak diaplikasikan dalam pemberdayaan tanaman.
Perannya sangat penting dalam menghasilkan tanaman yang sesuai dengan kebutuhan
manusia. Misalkan saja manusia yang ingin mengkonsumsi manfaat buah-buahan seperti semangka namun enggan untuk memilah-milah
bijinya, maka peranan buah auksin membantu memenuhi keinginan tersebut. Tidak
hanya untuk mengurangi pertumbuhan biji, namun fungsi utamanya justru
memaksimalkan pertumbuhan. Tanpa auksin, tumbuhan tersebut akan susah tumbuh.
Sehingga hormon auksin ini bisa digunakan para petani untuk meningkatkan hasil
panennya (Soleh, 2013).
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum Fisiologi Tumbuhan
dengan materi Hormon Auksin Terhadap Pertumbuhan Akar yaitu untuk mengetahui
pengaruh pemberian hormon auksin terhadap pembentukan stek tanaman.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Fitohormon dan Zat
Pengatur Tumbuh
Fitohormon
atau hormon tanaman adalah
senyawa-senyawa organik tanaman yang terbentuk secara alamiah yang dalam
konsentrasi rendah mempengaruhi proses-proses fisiologis. Proses-proses
fisiologis terutama mengenai proses pertumbuhan, diferensiasi dan perkembangan
tanaman. Sedangkan ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) ZPT
merupakan persenyawaan organik sintetis atau zat buatan manusia yang mempunyai sifat
merangsang, mengatur, mengubah atau menghambat suatu proses fisiologis dalam
tanaman (Fitriani, 2012).
2.2 Jenis-Jenis Fitohormon dan Zat
Pengatur Tumbuh
Jenis-jenis dari fitohormon; 1) Auksin, auksin adalah fitohormon
yang berperan dalam pertumbuhan ujung tanaman. Auksin dapat ditemukan pada
ujung tanaman, ujung akar, dan bunga. Auksin dapat rusak jika terkena sinar
matahari. Karena sisi tanaman yang terkena matahari akan mengalami denaturasi
auksin. Sehingga pemanjangan selnya tidak sepanjang sel pada bagian yang tidak
terkena matahari; 2) Giberelin, giberelin juga termasuk fitohormon pertumbuhan.
Fitohormon ini sering ditemukan pada biji, kuncup, ujung daun, dan ujung akar.
Giberelin memiliki fungsi antara lain sebagai perangsang pertumbuhan akar,
batang, dan daun, perkecambahan biji, menghentikan dormansi biji, merangsang
pertumbuhan kuncup dan pematangan serbuk sari, dan perkembangan bunga pada
spesies tertentu; 3) Sitokinin, sitokinin lebih cenderung berperan dalam
pematangan endosperma pada suatu tumbuhan. Fungsi lain dari sitokinin adalah
merangsang pertumbuhan embrio, pembelahan sel secara mitosis, pematangan buah
secara alami setelah dipetik dari pohon, mempertahankan warna daun setelah
dipetik dari tumbuhan, merangsang pertumbuhan lateral atau sekunder, dan
diferensiasi sel tumbuhan; 4) Etilen, etilen atau gas etilen memiliki fungsi
mempercepat pematangan buah, respirasi, dan pengguguran daun. Tempat
pembentukan etilena pada buah letaknya berbeda-beda. Ada yang diujung seperti
buah pepaya, ada yang dipangkal seperti buah mangga; 5) Asam Absisat, asam
Absisat adalah fitohormon yang bersifat inhibitor atau menghambat. Asam Absisat
menghambat pertumbuhan tumbuhan dan juga merangsang dormansi biji. Namun hal
ini dapat menguntungkan pada tumbuhan yang hidup didaerah empat musim. Jenis-jenis ZPT: 1) Atonik,
atonik merupakan senyawa kimia, juga larutan pekat yang berwarna
kehitaman, tidak beracun sehingga tidak berbahaya bagi manusia dan hewan, mempunyai bahan aktif
"Nitro Aromatik"; 2)
Sitozime
Sitozime dibedakan menjadi 3 jenis, yakni: a) Sitozime soil+, Fungsinya:
meningkatkan kesuburan tanah, baik kimia, fisik maupun biologis dan meningakatkan Microorganisme didalam tanah; b) Sitozime seed+, Fungsinya:
Meningkatkan perkecambahan biji/benih dengan tujuan agar Perkecambahannya serempak dan perakarannya kuat; c) Sitozime crop+; 3) Legin (Leguminoceae Inokulant) legin mengandung bakteri bakteri Rhyzobium, Rhyzobium menumpang hidup pada bintil akar tanaman kacang-kacangan, sedangkan fungsi Bakteri Rhyzobium adalah mengikat Nitrogen dari tanah. Legin tidak boleh dicampur Pestisida karena dapat membunuh bakteri Rhyzobium (Julomde, 2014).
Sitozime dibedakan menjadi 3 jenis, yakni: a) Sitozime soil+, Fungsinya:
meningkatkan kesuburan tanah, baik kimia, fisik maupun biologis dan meningakatkan Microorganisme didalam tanah; b) Sitozime seed+, Fungsinya:
Meningkatkan perkecambahan biji/benih dengan tujuan agar Perkecambahannya serempak dan perakarannya kuat; c) Sitozime crop+; 3) Legin (Leguminoceae Inokulant) legin mengandung bakteri bakteri Rhyzobium, Rhyzobium menumpang hidup pada bintil akar tanaman kacang-kacangan, sedangkan fungsi Bakteri Rhyzobium adalah mengikat Nitrogen dari tanah. Legin tidak boleh dicampur Pestisida karena dapat membunuh bakteri Rhyzobium (Julomde, 2014).
2.3 Faktor yang
Mempengaruhi Kerja Hormon
Hormon
dapat dipengaruhi oleh cahaya dan suhu seperti pada hormon auksin yang dihambat
oleh adanya cahaya matahari selain itu ada faktor lain yang mempengaruhi kerja hormon
yaitu kecepatan sintesis hormon dan sekresi hormon dan kelenjarnya, sistem
transportasi hormon di dalam plasma (spesifik carrier protein), reseptor hormon
khusus yang terdapat pada organ sasaran yang berbeda dengan letak reseptornya,
kecepatan degradasi hormone, kecepatan perubahan hormon dari bentuk inaktif
menjadi bentuk yang aktif, dan jarak perubahan
dari salah satu faktor di atas merupakan perubahan dari jumlah aktivitas pada
organ sasaran (Aqinime, 2012).
III. BAHAN DAN METODE
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum Fisiologi
Tumbuhan dengan materi Hormon Auksin untuk Pertumbuhan Akar dilaksanakan pada
hari Sabtu, 09 April 2016, pukul 15.00-16,40 WIB. Bertempat di Laboratorium
Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya.
3.2
Bahan dan Alat
Dalam
praktikum Fisiologi dengan materi Hormon Auksin untuk Pertumbuhan Akar bahan
yang digunakan yaitu IBA (Indole Butyric
Acid), kaca piring (Coleus sp),
tanah dan air. Alat yang digunakan adalah beaker glass, pisau, polibag dan
penggaris
3.3
Cara Kerja
Cara
kerja yang dilakukan pada praktikum fisiologi tumbuhan adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan 5 buah stek tanaman sepanjang
7-10 cm dengan diameter
Yang seragam
2. Mengisi pot dengan tanah
3. Mengencerkan IBA sebagai perlakuan
4. Melakukan perendaman IBA dengan perlakuan 0,
10, 20, 30, 40, 50 ppm,
Perendaman
dilkukan selama 1-2 jam.
5. Menanam potongan stek tersebut pada media
yang telah di sediakan.
6.
Menjaga dan memelihara media tersebut selama
2 minggu.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Jumlah Akar
Stek Batang Kaca Piring (Coleus sp)
Umur 14 HST
Pemberian IBA
|
Ulangan
|
Jumlah
|
Rata-Rata
|
||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
||||
0 ppm
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|
10 ppm
|
0
|
1
|
1
|
0
|
2
|
0,5
|
|
20 ppm
|
0
|
3
|
0
|
0
|
3
|
0,75
|
|
30
ppm
|
5
|
-
|
0
|
0
|
5
|
1,25
|
|
40 ppm
|
5
|
3
|
1
|
0
|
9
|
2,25
|
|
50
ppm
|
0
|
2
|
1
|
3
|
6
|
1,5
|
|
Tabel
2.
Hasil Pengamatan Jumlah Tunas Stek Batang Kaca Piring (Coleus sp)
Umur 14 HST
Pemberian IBA
|
Ulangan
|
Jumlah
|
Rata-Rata
|
||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
||||
0 ppm
|
1
|
5
|
6
|
3
|
15
|
3,75
|
|
10 ppm
|
1
|
2
|
7
|
4
|
14
|
3,5
|
|
20 ppm
|
5
|
1
|
5
|
0
|
11
|
2,75
|
|
30
ppm
|
4
|
0
|
5
|
6
|
15
|
3,75
|
|
40 ppm
|
5
|
5
|
7
|
0
|
17
|
4,25
|
|
50
ppm
|
3
|
3
|
7
|
7
|
20
|
5
|
|
Tabel 3. Hasil Pengamatan Panjang Akar
Stek Batang Kaca Piring (Coleus sp)
Umur 14 HST
Pemberian IBA
|
Ulangan
|
Jumlah
|
Rata-Rata
|
||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
||||
0 ppm
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|
10 ppm
|
0
|
1,5
|
0,7
|
0
|
2,2
|
0,55
|
|
20 ppm
|
0,5
|
0
|
0
|
0
|
0,5
|
0,125
|
|
30
ppm
|
0,4
|
0,5
|
0
|
0
|
0,9
|
0,225
|
|
40 ppm
|
0
|
1,9
|
0,3
|
0
|
2,2
|
0,55
|
|
50
ppm
|
0
|
0,8
|
1,2
|
1,5
|
3,5
|
0,875
|
|
Tabel
4.
Hasil Pengamatan Panjang Tunas Stek Batang Kaca Piring (Coleus sp)
Umur 14 HST
Pemberian IBA
|
Ulangan
|
Jumlah
|
Rata-Rata
|
||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
||||
0 ppm
|
0,5
|
0,9
|
2,0
|
0,6
|
4
|
1
|
|
10 ppm
|
0,5
|
0,5
|
2,2
|
2
|
5,2
|
1,3
|
|
20 ppm
|
0,8
|
0,4
|
2,1
|
0
|
3,3
|
0,825
|
|
30
ppm
|
0,6
|
0,1
|
1,7
|
1
|
3,4
|
0,85
|
|
40 ppm
|
0,8
|
1,4
|
1,9
|
0
|
4,1
|
1,02
|
|
50
ppm
|
0,8
|
1,2
|
2,5
|
1,6
|
6,1
|
1,525
|
|
4.2
Pembahasan
4.2.1 Pengamatan Jumlah Akar dan Panjang Akar Stek
Batang Tanaman Kaca
Piring (Coleus
sp)
Dari hasil
praktikum yang kami peroleh, rata-rata jumlah akar karena pemberian IBA 0 ppm
sampai 50 ppm adalah sebagai berikut: 0, 0.5, 0.75, 1.25,
2.25, dan 1.5. sedangkan pada panjang akar pada
pemberian 0 ppm sampai 50 ppm adalah: 0,
0.55, 0.125, 0.225, 0.55, dan 0.875.
Terjadinya
perbedaan pertumbuhan akar dan panjang akar karena pemberian konsentrasi auksin
yang berbeda. Hasil
pertumbuhan akar yang berbeda menunjukan bahwa konsentrasi hormon auksin
mempengaruhi pertumbuhan. Semakin banyak konsentrasi auksin, maka semakin cepat
pula pertumbuhan akar tanaman, namun pada konsentrasi auksin 0 ppm, tidak
mengalami pertumbuhan akar, hal ini dikarenakan hormon auksin tidak bekerja pada konsentrasi
0 ppm. Kerja hormon dipengaruhi oleh sinar matahari. Selain itu konsentrasi
auksin juga mempengaruhi kerja auksin dalam mempercepat
pertumbuhan. Apabila konsentrasi auksin terlalu banyak atau sedikit maka kerja
auksin dalam memacu pertumbuhan tanaman dapat terhambat. Adanya penambahan
hormon berfungsi sebagai perangsang untuk memacu/mempercepat pertumbuhan
tanaman tersebut, baik pertumbuhan akar maupun tunas.
4.2.2 Pengamatan Jumlah Tunas
dan Panjang Stek Batang Tanaman Kaca
Piring
(Coleus sp)
Dari hasil
praktikum yang kami peroleh, rata-rata jumlah tunas karena pemberian IBA 0 ppm
sampai 50 ppm adalah sebagai berikut: 3.75, 3.5, 2.75, 3.75, dan 4.255 . sedangkan pada panjang tunas pada
pemberian 0 ppm sampai 50 ppm adalah: 1,
1.3, 0.825, 1.02, dan 1.525.
Terjadinya
perbedaan pertumbuhan tunas dan panjang tunas karena pemberian konsentrasi
auksin yang berbeda. Hasil
pertumbuhan tunas yang berbeda menunjukan bahwa konsentrasi hormon auksin
mempengaruhi pertumbuhan. Semakin banyak konsentrasi auksin, maka semakin cepat
pula pertumbuhan tunas tanaman, kerja hormon dipengaruhi oleh sinar matahari.
Selain itu konsentrasi auksin juga mempengaruhi kerja auksin dalam mempercepat pertumbuhan. Apabila
konsentrasi auksin terlalu banyak atau sedikit maka kerja auksin dalam memacu
pertumbuhan tanaman dapat terhambat. Adanya penambahan hormon berfungsi
sebagai perangsang untuk memacu/mempercepat pertumbuhan tanaman tersebut, baik
pertumbuhan akar maupun tunas.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
terjadinya perbedaan pertumbuhan tunas dan akar karena
pemberian konsentrasi auksin yang berbeda, maka
dapat disimpulkan bahwa perbedaan konsentrasi hormon auksin mempengaruhi
pertumbuhan. Semakin banyak konsentrasi auksin, maka semakin cepat pula
pertumbuhan tunas tanaman, selain itu kerja hormon sangat dipengaruhi oleh
sinar matahari. Konsentrasi auksin juga mempengaruhi kerja auksin dalam mempercepat pertumbuhan. Apabila
konsentrasi auksin terlalu banyak atau sedikit maka kerja auksin dalam memacu
pertumbuhan tanaman dan dapat pula terhambat. Adanya penambahan hormon
berfungsi sebagai perangsang untuk memacu atau mempercepat pertumbuhan tanaman
tersebut, baik pertumbuhan akar maupun tunas.
5.2 Saran
Praktikan
diharapkan lebih menjaga ketenangan dan ketertiban pada saat praktikum agar
kegiatan praktikum kedepannya lebih kondusif. Praktikan juga diharapkan bisa
memahami materi terlebih dahulu supaya tidak mengalami kendala saat praktikum
berlangsung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar