Total Tayangan Halaman

Rabu, 03 Mei 2017

laporan fisiologi tumbuhan "hormon auksin untuk pertumbuhan akar"

LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI TUMBUHAN
HORMON AUKSIN UNTUK PERTUMBUHAN AKAR



TINSI MONIKA TARIGAN
CAA 115 057
KELOMPOK V











JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2016
DAFTAR PUSTAKA
Sugito, L., Jawal. M., Wijaya. 1991. Pengaruh IBA dan Pengeratan Terhadap
Keberhasilan Stek Rambutan Binjai. Jurnal Penelitian Holtikultura vol 4
(2):1-8. (https://ejournal.forda-mof.org). (diakses pada 28 April 2016).
Julomde. 2014. Pengertian zpt dan macam-macam jenis zpt.
(http://julomde.blogspot.co.id/2014/08/pengertian-zpt-dan-macam-macam- jenis-zpt.html). (diakses pada 23 April 2016).
Aritonang, I. 2013. Hormone. (http://indaharitonang- fakultaspertanianunpad.blo
gspot.co.id/2013/05/hormon_15.html). (diakses pada 24 April 2016).
Soleh, R. 2013. Hormon pada tumbuhan. (http://rachmadsoleh.blogspot.co.id
/2013/05/hornon-pada-tumbuhan.html). (diakses pada 24 April 2016).
Fitriyani. 2012. Zat pengatur tumbuh. (http://fitriyani501.blogspot.co.id/2012/09/
Zat-pengatur-tumbuh.html). (diakses pada 25 April 2016).
Aqnimee. 2011. Hormon. (http://aqinimee.blogspot.co.id/2011/04/hormon.html).
(diakses pada 23 April 2016).




I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selain umur, hal yang harus diperhatikan saat memilih cabang yang akan digunakan sebagai bibit stek adalah cabang tersebut harus memiliki mata tunas sehat dengan pertumbuhan sempurna. Cabang atau batang yang digunakan untuk stek paling tidak telah mencapai umur 1-3 tahun. Cabang atau batang yang telah berumur 1-3 tahun dapat amati dari warna kulit yang sudah kecokelatan, dan minimal berukuran sebesar pensil. Bibit stek akan mudah mati jika cabang yang digunakan terlalu kecil atau berasal dari tunas air. Sebaliknya jika menggunakan cabang atau batang yang terlalu tua, maka bibit stek yang ditanam akan terlalu lama menghasilkan akar, sehingga besar kemungkinan tanaman akan mudah kering dan mati. Selain itu, sifat-sifat unggul dari pohon induk yang digunakan juga dapat diturunkan pada tanaman baru yang dihasilkan. Buah yang dihasilkan juga memiliki mutu atau kualitas serupa dengan pohon induknya. Sedangkan secara fisiologis, stek harus mengandung cadangan makanan dan hormon tubuh yang cukup untuk pembentukan akar tunas (Sugito, 1991).
Hormon alami yang terdapat di dalam jaringan stek pada umumnya kurang memadai. Selain itu aktivitasnya relatif lambat sehingga tidak dapat langsung berfungsi dengan cepat untuk menginduksi pembentukan akar. Oleh karena itu diperlukan penambahan hormon yang berasal dari luar jaringan stek (Abidin, 1983). Peran hormon pada tumbuhan; 1) Mempengaruhi pertambahan panjang batang, diferensiasi dan percabangan akar; 2)  Mempengaruhi pertumbuhan dan mendorong pembelahan sel, dan pertumbuhan secara umum, mendorong perkecambahan, dan menunda penuaan; 3) Mendorong perkembangan biji, perkembangan kuncup, pemanjangan batang dan pertumbuhan daun, mendorong pembungaan dan perkembangan buah, mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar; 4) Menghambat pertumbuhan, merangsang penutupan stomata pada waktu  kekurangan air, mempertahankan dormansi (Aritonang, 2013).
Manfaat mempelajari hormon auksin banyak diaplikasikan dalam pemberdayaan tanaman. Perannya sangat penting dalam menghasilkan tanaman yang sesuai dengan kebutuhan manusia. Misalkan saja manusia yang ingin mengkonsumsi manfaat buah-buahan seperti semangka namun enggan untuk memilah-milah bijinya, maka peranan buah auksin membantu memenuhi keinginan tersebut. Tidak hanya untuk mengurangi pertumbuhan biji, namun fungsi utamanya justru memaksimalkan pertumbuhan. Tanpa auksin, tumbuhan tersebut akan susah tumbuh. Sehingga hormon auksin ini bisa digunakan para petani untuk meningkatkan hasil panennya (Soleh, 2013).
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum Fisiologi Tumbuhan dengan materi Hormon Auksin Terhadap Pertumbuhan Akar yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian hormon auksin terhadap pembentukan stek tanaman.





II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Fitohormon dan Zat Pengatur Tumbuh
Fitohormon atau  hormon tanaman adalah senyawa-senyawa organik tanaman yang terbentuk secara alamiah yang dalam konsentrasi rendah mempengaruhi proses-proses fisiologis. Proses-proses fisiologis terutama mengenai proses pertumbuhan, diferensiasi dan perkembangan tanaman. Sedangkan ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) ZPT merupakan persenyawaan organik sintetis atau zat  buatan manusia yang mempunyai sifat merangsang, mengatur, mengubah atau menghambat suatu proses fisiologis dalam tanaman (Fitriani, 2012).
2.2 Jenis-Jenis Fitohormon dan Zat Pengatur Tumbuh
Jenis-jenis dari fitohormon; 1) Auksin, auksin adalah fitohormon yang berperan dalam pertumbuhan ujung tanaman. Auksin dapat ditemukan pada ujung tanaman, ujung akar, dan bunga. Auksin dapat rusak jika terkena sinar matahari. Karena sisi tanaman yang terkena matahari akan mengalami denaturasi auksin. Sehingga pemanjangan selnya tidak sepanjang sel pada bagian yang tidak terkena matahari; 2) Giberelin, giberelin juga termasuk fitohormon pertumbuhan. Fitohormon ini sering ditemukan pada biji, kuncup, ujung daun, dan ujung akar. Giberelin memiliki fungsi antara lain sebagai perangsang pertumbuhan akar, batang, dan daun, perkecambahan biji, menghentikan dormansi biji, merangsang pertumbuhan kuncup dan pematangan serbuk sari, dan perkembangan bunga pada spesies tertentu; 3) Sitokinin, sitokinin lebih cenderung berperan dalam pematangan endosperma pada suatu tumbuhan. Fungsi lain dari sitokinin adalah merangsang pertumbuhan embrio, pembelahan sel secara mitosis, pematangan buah secara alami setelah dipetik dari pohon, mempertahankan warna daun setelah dipetik dari tumbuhan, merangsang pertumbuhan lateral atau sekunder, dan diferensiasi sel tumbuhan; 4) Etilen, etilen atau gas etilen memiliki fungsi mempercepat pematangan buah, respirasi, dan pengguguran daun. Tempat pembentukan etilena pada buah letaknya berbeda-beda. Ada yang diujung seperti buah pepaya, ada yang dipangkal seperti buah mangga; 5) Asam Absisat, asam Absisat adalah fitohormon yang bersifat inhibitor atau menghambat. Asam Absisat menghambat pertumbuhan tumbuhan dan juga merangsang dormansi biji. Namun hal ini dapat menguntungkan pada tumbuhan yang hidup didaerah empat musim. Jenis-jenis ZPT: 1) Atonik, atonik merupakan senyawa kimia, juga larutan pekat yang berwarna kehitaman, tidak beracun sehingga tidak berbahaya bagi manusia dan hewan, mempunyai bahan aktif "Nitro Aromatik"; 2) Sitozime 
Sitozime dibedakan menjadi 3 jenis, yakni: a) Sitozime soil+, Fungsinya: 
meningkatkan kesuburan tanah, baik kimia, fisik maupun biologis dan meningakatkan Microorganisme didalam tanah; b) Sitozime seed+, Fungsinya: 
Meningkatkan perkecambahan biji/benih dengan tujuan agar Perkecambahannya serempak dan perakarannya kuat; c) Sitozime crop+; 3) Legin (Leguminoceae Inokulant) legin mengandung bakteri bakteri Rhyzobium, Rhyzobium menumpang hidup pada bintil akar tanaman kacang-kacangan, sedangkan fungsi Bakteri Rhyzobium adalah mengikat Nitrogen dari tanah. Legin tidak boleh dicampur Pestisida karena dapat membunuh bakteri Rhyzobium  
(Julomde, 2014). 

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kerja Hormon
Hormon dapat dipengaruhi oleh cahaya dan suhu seperti pada hormon auksin yang dihambat oleh adanya cahaya matahari selain itu ada faktor lain yang mempengaruhi kerja hormon yaitu kecepatan sintesis hormon dan sekresi hormon dan kelenjarnya, sistem transportasi hormon di dalam plasma (spesifik carrier protein), reseptor hormon khusus yang terdapat pada organ sasaran yang berbeda dengan letak reseptornya, kecepatan degradasi hormone, kecepatan perubahan hormon dari bentuk inaktif menjadi bentuk yang aktif, dan  jarak perubahan dari salah satu faktor di atas merupakan perubahan dari jumlah aktivitas pada organ sasaran (Aqinime, 2012).













III. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
 Praktikum Fisiologi Tumbuhan dengan materi Hormon Auksin untuk Pertumbuhan Akar dilaksanakan pada hari Sabtu, 09 April 2016, pukul 15.00-16,40 WIB. Bertempat di Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya.
3.2  Bahan dan Alat
  Dalam praktikum Fisiologi dengan materi Hormon Auksin untuk Pertumbuhan Akar bahan yang digunakan yaitu IBA (Indole Butyric Acid), kaca piring (Coleus sp), tanah dan air. Alat yang digunakan adalah beaker glass, pisau, polibag dan penggaris
3.3 Cara Kerja
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum fisiologi tumbuhan adalah sebagai berikut :
1.    Menyiapkan 5 buah stek tanaman sepanjang 7-10 cm dengan diameter
       Yang seragam
2.    Mengisi pot dengan tanah
3.    Mengencerkan IBA sebagai perlakuan
4.    Melakukan perendaman IBA dengan perlakuan 0, 10, 20, 30, 40, 50 ppm,    
       Perendaman dilkukan selama 1-2 jam.
5.    Menanam potongan stek tersebut pada media yang telah di sediakan.
6.    Menjaga dan memelihara media tersebut selama 2 minggu.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Jumlah Akar Stek Batang Kaca Piring (Coleus sp)               
               Umur 14 HST
Pemberian IBA
Ulangan
Jumlah
Rata-Rata
I
II
III
IV
0 ppm
0
0
0
0
0
0
10 ppm
0
1
1
0
2
0,5
20 ppm
0
3
0
0
3
0,75
30 ppm
5
-
0
0
5
1,25
40 ppm
5
3
1
0
9
2,25
50 ppm
0
2
1
3
6
1,5









Tabel 2. Hasil Pengamatan Jumlah Tunas Stek Batang Kaca Piring (Coleus sp)
               Umur 14 HST
Pemberian IBA
Ulangan
Jumlah
Rata-Rata
I
II
III
IV
0 ppm
1
5
6
3
15
3,75
10 ppm
1
2
7
4
14
3,5
20 ppm
5
1
5
0
11
2,75
30 ppm
4
0
5
6
15
3,75
40 ppm
5
5
7
0
17
4,25
50 ppm
3
3
7
7
20
5











Tabel 3. Hasil Pengamatan Panjang Akar Stek Batang Kaca Piring (Coleus sp)            
               Umur 14 HST
Pemberian IBA
Ulangan
Jumlah
Rata-Rata
I
II
III
IV
0 ppm
0
0
0
0
0
0
10 ppm
0
1,5
0,7
0
2,2
0,55
20 ppm
0,5
0
0
0
0,5
0,125
30 ppm
0,4
0,5
0
0
0,9
0,225
40 ppm
0
1,9
0,3
0
2,2
0,55
50 ppm
0
0,8
1,2
1,5
3,5
0,875









Tabel 4. Hasil Pengamatan Panjang Tunas Stek Batang Kaca Piring (Coleus sp)
               Umur 14 HST
Pemberian IBA
Ulangan
Jumlah
Rata-Rata
I
II
III
IV
0 ppm
0,5
0,9
2,0
0,6
4
1
10 ppm
0,5
0,5
2,2
2
5,2
1,3
20 ppm
0,8
0,4
2,1
0
3,3
0,825
30 ppm
0,6
0,1
1,7
1
3,4
0,85
40 ppm
0,8
1,4
1,9
0
4,1
1,02
50 ppm
0,8
1,2
2,5
1,6
6,1
1,525









4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengamatan Jumlah Akar dan Panjang Akar Stek Batang Tanaman Kaca
         Piring (Coleus sp)
Dari hasil praktikum yang kami peroleh, rata-rata jumlah akar karena pemberian IBA 0 ppm sampai 50 ppm adalah sebagai berikut: 0, 0.5, 0.75, 1.25,
2.25, dan 1.5. sedangkan pada panjang akar pada pemberian 0 ppm sampai 50 ppm adalah:  0, 0.55, 0.125, 0.225, 0.55, dan 0.875.
Terjadinya perbedaan pertumbuhan akar dan panjang akar karena pemberian konsentrasi auksin yang berbeda.  Hasil pertumbuhan akar yang berbeda menunjukan bahwa konsentrasi hormon auksin mempengaruhi pertumbuhan. Semakin banyak konsentrasi auksin, maka semakin cepat pula pertumbuhan akar tanaman, namun pada konsentrasi auksin 0 ppm, tidak mengalami pertumbuhan akar, hal ini dikarenakan  hormon auksin tidak bekerja pada konsentrasi 0 ppm. Kerja hormon dipengaruhi oleh sinar matahari. Selain itu konsentrasi auksin juga mempengaruhi kerja auksin dalam mempercepat pertumbuhan. Apabila konsentrasi auksin terlalu banyak atau sedikit maka kerja auksin dalam memacu pertumbuhan tanaman dapat terhambat. Adanya penambahan hormon berfungsi sebagai perangsang untuk memacu/mempercepat pertumbuhan tanaman tersebut, baik pertumbuhan akar maupun tunas.
4.2.2 Pengamatan Jumlah Tunas dan  Panjang Stek Batang Tanaman Kaca Piring
        (Coleus sp)
Dari hasil praktikum yang kami peroleh, rata-rata jumlah tunas karena pemberian IBA 0 ppm sampai 50 ppm adalah sebagai berikut: 3.75, 3.5, 2.75, 3.75, dan  4.255 . sedangkan pada panjang tunas pada pemberian 0 ppm sampai 50 ppm adalah:  1, 1.3, 0.825, 1.02, dan 1.525.
Terjadinya perbedaan pertumbuhan tunas dan panjang tunas karena pemberian konsentrasi auksin yang berbeda.  Hasil pertumbuhan tunas yang berbeda menunjukan bahwa konsentrasi hormon auksin mempengaruhi pertumbuhan. Semakin banyak konsentrasi auksin, maka semakin cepat pula pertumbuhan tunas tanaman, kerja hormon dipengaruhi oleh sinar matahari. Selain itu konsentrasi auksin juga mempengaruhi kerja auksin dalam mempercepat pertumbuhan. Apabila konsentrasi auksin terlalu banyak atau sedikit maka kerja auksin dalam memacu pertumbuhan tanaman dapat terhambat. Adanya penambahan hormon berfungsi sebagai perangsang untuk memacu/mempercepat pertumbuhan tanaman tersebut, baik pertumbuhan akar maupun tunas.

















V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan terjadinya perbedaan pertumbuhan tunas dan akar karena pemberian konsentrasi auksin yang berbeda, maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan konsentrasi hormon auksin mempengaruhi pertumbuhan. Semakin banyak konsentrasi auksin, maka semakin cepat pula pertumbuhan tunas tanaman, selain itu kerja hormon sangat dipengaruhi oleh sinar matahari. Konsentrasi auksin juga mempengaruhi kerja auksin dalam mempercepat pertumbuhan. Apabila konsentrasi auksin terlalu banyak atau sedikit maka kerja auksin dalam memacu pertumbuhan tanaman dan dapat pula terhambat. Adanya penambahan hormon berfungsi sebagai perangsang untuk memacu atau mempercepat pertumbuhan tanaman tersebut, baik pertumbuhan akar maupun tunas.
5.2 Saran
Praktikan diharapkan lebih menjaga ketenangan dan ketertiban pada saat praktikum agar kegiatan praktikum kedepannya lebih kondusif. Praktikan juga diharapkan bisa memahami materi terlebih dahulu supaya tidak mengalami kendala saat praktikum berlangsung.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar